Kombinasi sempurna! Sebuah generasi emas yang meraih kesuksesan paling prestisius di Eropa lalu dipasangkan dengan pelatih yang mendandani dirinya dengan segudang kesuksesan dalam empat tahun terakhir. Yah, adalah Bayern Munich dan Pep Guardiola.
Pada Januari awal tahun ini bekas pembesut Barcelona itu diumumkan bakal menjadi pelatih selanjutnya The Bavarian. Tapi yang jadi masalah, empat bulan kemudian, raksasa Jerman ini menjadi raja di Eropa, dan di sinilah mungkin gambaran mandat besar telah menanti sang calon pelatih gres. Tak hanya itu, beban moril lebih besar lagi akan terasa tatkala Pep mengetahui jika Bayern mampu menjadi kampiun Bundesliga Jerman dengan menyisakan gap 25 poin, berpeluang besar merengkuh Piala Jerman, dan baru-baru ini menjuarai Liga Champions. Satu hal yang kiranya bakal mengganggu tidur nyenyak pria plontos itu: kebrilianan peracik strategi Bayern, Jupp Heynckes, akan sulit diikuti oleh siapapun, termasuk Pep.
Bayern telah menyia-nyiakan dua dari tiga final Liga Champions terakhir. Musim lalu, mereka bertekuk lutut di hadapan Chelsea di Aliianz Arena yang lantas menyisakan keraguan besar akan kapasitas mental tim, belum lagi di ajang Bundesliga mereka harus terpaku merana menyaksikan sang rival, Borussia Dortmund, secara back-to-back mengklaim trofi domestik. Penunjukkan Pep sepertinya saat itu menjadi langkah paling dinanti.
![]() |
Kegemilangan Bayern Munich dalam Angka di Musim 2012/13 |
3 | Jumlah trofi yang bisa diklaim Bayern apabila mereka berhasil menaklukkan Stuttgart di DFB Pokal pada 1 Juni |
7 | Bayern menggiling Barca 7-0 di dua pertandingan di semi-final Liga Champions |
9 | Pasukan Heynckes menghardik Hamburg 9-2 di Bundesliga, kemenangan terbesar dari sebuah musim masif bagi Bayern |
25 | Sebuah rekor baru Bundesliga: laskar Bavarian mengakhiri musim dengan gap 25 poin dari sang runner-up, Dortmund |
91 | Bayern merusak rekor poin liga, sebelumnya 81 (BVB di musim lalu) |
Di Barcelona Pep memang sudah meraih segalanya, tapi atmosfer di Jerman sudah barang tentu berbeda dengan negeri Matador. Dan sepertinya pria 42 tahun ini bakal menduduki posisi yang kurang nyaman saat mulai menancapkan stempel jati dirinya di internal Bayern, apalagi Pep sejatinya masih ingin menikmati masa rehatnya dari sepakbola setelah mengundurkan diri dari kursi panas di Camp Nou. Namun penunjukan yang dilakukan Bayern membuat Pep seperti tidak punya pilihan selain kembali bergulat di dunia manajerial sepakbola, dan kini Bayern tengah berstatus sebagai tim jawara. Serangkaian hasil-hasil major yang diraih Bayern boleh jadi adalah misi yang lebih berat yang sebelumnya tak pernah dirasakan sama sekali oleh Pep. Barangkali, Pep bakal duduk manis menyaksikan final kontra Dortmund jika saja dia tidak mengambil job mengarsiteki Bayern musim depan. Tapi apa yang dia lihat pada diri Bayern sekarang, bisa jadi bakal membuat Pep berkeringat dingin.
Di laga final itu sendiri, BVB tampak bermain nyaman di 25 menit pertama, tetapi Bayern pada akhirnya menyudahi laga dengan persentasi penguasaan bola sebanyak 61 persen, sesuatu yang sama dengan statisik setiap pertandingan yang dilakoni Pep bersama Barca di 247 laganya.
Ayah tiga anak ini diyakini pasti akan mengadopsi irama passing-passing ala Barca ke dalam tubuh Bayern, namun jawara Jerman itu sejatinya sudah menguasai sisi teknikal bermain di level puncak, seperti pendistribusian bola yang mengalir ke segala arah lapangan dengan cepat, lalu menyuguhkan tekanan-tekanan hebat, kendati mereka tak punya figur sekakap Lionel Messi. Namun dari aspek kolektivitas, Bayern tak bisa disandingkan dengan tim-tim lain.
Jadi Pep sepertinya harus memilih dengan bijaksana, mengusung filosofi dirinya atau meneruskan tongkat pakem yang sudah ada. Pep mungkin sudah dinanti oleh publik Bavarian, termasuk oleh para penggawa, yang dipastikan akan melimpahkan asa besar ke kepala juru taktik tersukses Los Blaugrana itu. Bongkar-pasang skuat sudah pasti tidak terelakkan. Bisa saja sang pahlawan di Wembley, Arjen Robben, menjadi orang pertama yang bakal dipersilakan keluar oleh Pep. Namun apapun itu, agenda terdekat Bayern adalah menghadapi final DFB Pokal kontra Stuttgart pada 1 Juni mendatang. Bayern berdiri di podium juara di akhir laga, artinya tugas berat memang tengah memanggil Pep untuk terus memaintain kecemerlangan Bayern seperti di momen ini.

Bintang Bundesliga yang tengah naik daun seperti Mario Gotze akan bergabung dengan Bayern dari Dortmund pada musim panas sekarang. Transfer itu mungkin akan menjadi tonggak awal dari sebuah reshuffle ala Pep. Tapi satu hal yang pasti, El Filosofo tentu amat diharapkan menyihir Bayern menjadi tim yang lebih baik dari sekarang, atau minimal mampu mempertahankan hegemoni saat ini. Di Barca, Pep boleh mewarisi sebuah ramuan untuk menjadi sang pemenang, tapi di Bayern, dia akan merawat salah satu tim yang sedang berstatus terbaik di antara tim raksasa lainnya.
Hari ini, Pep harus membangun sebuah kerajaan yang sudah mapan, memang berat, tapi inilah sepakbola, di mana pada titik tertentu mengharuskan para lakon di dalamnya menghadapi sebuah tantangan kolosal.
Selamat berjuang, El Noi de Santpedor!
Post a Comment